Senin, 08 November 2010

ANALISIS REAKSI PASAR SAHAM PADA KONDISI PASAR BULLRISK DAN BEARISK

ANALISIS REAKSI PASAR SAHAM PADA
KONDISI PASAR YANG SEDANG BULLRISH DAN BEARISH

Oleh: Osmad Muthaher


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Banyak orang tertarik untuk menginvestasikan sebagian uang mereka di pasar saham (stock market). Adapun tujuan mereka berinvestasi adalah untuk mendapatkan return yang optimal dengan risiko yang minimal. Para investor dapat menginvestasikan uang mereka dengan berinvestasi langsung maupun tidak langsung. Investasi langsung berarti investor melakukan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan, sedangkan investasi tidak langsung berarti pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.
Pembeli dan penjual akan berpartisipasi jika pasar modal bersifat likuid dan efisien (Jogiyanto, 2000). Likuid berarti penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat dan efisien jika harga dari surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat dan mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas dari manajemen. Dengan kata lain pasar modal yang menguntungkan akan membuat seorang investor memperoleh kepuasan (utility) baik dari segi kekayaan maupun keberuntungannya.
Rasionalitas para investor dalam menentukan alternatif investasi modalnya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, khususnya investasi saham akan dipengaruhi oleh kondisi pasar modal yang mencakup berbagai informasi yang berhubungan dengan harga saham yang diperjualbelikan. Tingkat kemampuan investor memilih saham secara rasional yang diukur sejauh mana mereka dapat menentukan pilihannya untuk mendapatkan hasil yang maksimum pada tingkat risiko tertentu dan dipengaruhi preferensi mereka terhadap return dan risiko yang berbeda. Para investor secara rasional akan mencari portofolio yang memberikan return maksimal untuk risiko tertentu (Bawazier dan Sitanggang, 1994). Investasi yang realistik akan melakukan investasi tidak hanya pada satu jenis investasi, akan tetapi akan melakukan diversifikasi pada berbagai investasi dengan harapan dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan return (Mao, 1970). Sedangkan Trone dan Allbrigt (1996) berpendapat investor yang rasional melakukan keputusan investasi didasari dengan menganalisis situasi saat ini, mendesain portofolio optimal, menyusun kebijakan investasi, mengimplikasikan strategi investasi, memonitor dan melakukan supervisi pada kinerja khusus para manajer keuangan.
Analisis investasi baik itu saham maupun bukan saham selalu menunjukkan setiap investasi yang memiliki risiko tinggi, para pemodal mengisyaratkan return yang tinggi pula (Husnan, 1994). Hal yang sama juga dijelaskan oleh Riyanto (1990), Syamsudin (1980), dan Witson (1992) bahwa setiap analisis investasi yang menunjukkan tingkat return yang tinggi akan memiliki unsur ketidakpastian yang tinggi.
Secara psikis informasi yang setiap saat diinformasikan di media massa turut mempengaruhi preferensi para investor dalam menentukan investasi. Sementara kalau dilihat kondisi pasar modal Indonesia yang akan dijadikan sampel penelitian menunjukkan harga-harga saham yang ketidakpastiannya tinggi dan banyak dipengaruhi faktor lain misalnya kondisi politik yang tidak stabil, dan depresiasi rupiah terhadap dolar. Hal ini tercermin dari harga-harga saham beberapa emiten yang cenderung melemah dan kondisi saham yang kurang aktif. Untuk mengakomodir faktor-faktor tersebut, maka harga pasar menggunakan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Fakta di lapangannya, pasar modal mempunyai kondisi yang penuh dengan ketidakpastian (uncertainty) dan ini berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang belum diketahui persis nilainya, sehingga perlu adanya estimasi nilai dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi. Ada dua kondisi dalam pasar modal yang terlihat dari harga dan volume perdagangannya, yakni : (1) kondisi pasar yang sedang aktif (bull market) ─ kenaikan harga disertai kenaikan volume perdagangan; (2) kondisi pasar yang sedang lesu (bear market) ─ penurunan harga diikuti penurunan volume perdagangan (Jones, 1998).
Perubahan harga saham biasanya merupakan respon dari kekuatan eksternal (Chen, Roll & Ross, 1986) dan perubahan ini akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh investor di masa mendatang. Secara umum, perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi dari para investor. Perdagangan saham akan relatif besar jika investor tertentu percaya bahwa mereka memperoleh return yang lebih besar dibanding dengan investor lain. Dalam kondisi normal, jika return saham mengalami peningkatan maka volume perdagangan saham juga akan meningkat karena adanya peningkatan return, maka investor yang bertransaksi akan semakin banyak.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2000) yang bisa berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi para investor melakukan analisis terhadap saham tersebut sehingga return dan risiko yang mereka terima sebanding atau risiko lebih kecil dibanding dengan return yang akan mereka peroleh. Return ekspektasi dan risiko mempunyai hubungan positif, artinya semakin besar risiko suatu saham maka semakin besar pula return yang diharapkan dan sebaliknya, tetapi return realisasi memungkinkan tidak terjadinya hubungan positif ini.
Kondisi bullish dan bearish diatas dapat membuat pasar saham bereaksi naik turun (volatilitas) yang tercermin dari volume perdagangan, indeks, dan excess return (Harianto F dan Sudomo S, 1998). Penelitian tentang bullish dan bearish ini sudah pernah dilakukan oleh Chauvet dan Potter tahun 2000 yang mengatakan bahwa ada kaitan antara pasar saham dan pasar uang terhadap volatilitas investasi investor yang dapat dilihat dari konstruk non-linier. Tandelilin (2001) memperlihatkan bahwa beta pada time varying market yang membedakan periode pengamatan berdasarkan kondisi pasar bullish dan bearish lebih akurat dibandingkan beta dengan konstan risk model. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Bhardwaj dan Brooks (1993) yang memperlihatkan beta pasar pada kedua model tersebut sama-sama memiliki kemampuan dalam memprediksi return. Sitinjak (2001) menunjukkan bahwa faktor makro ekonomi (variabel CRR) berpengaruh terhadap return portofolio pada saat pasar saham sedang bullish dan bearish, serta adanya pengaruh beta faktor terhadap return portofolio pada saat pasar sedang bullish dan bearish. Lucky dan Widuri (2002) yang hasilnya bahwa indikator-indikator pasar uang dan pasar saham saling berpengaruh dan memiliki korelasi terutama pada indikator pasar uang kurs. Pada kondisi bearish kurs naik dan nilai IHSG mengalami penurunan, sedangkan pada kondisi bullish indikator pasar uang SBI berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pasar saham. Ika Setyawati (2006) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara beta portofolio pada kondisi sedang bullish dan bearish terhadap return portofolio.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana reaksi pasar saham yang sebenarnya jika pada kondisi pasar sedang bullish dan bearish.










BAB II
TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Pengertian Pasar Saham (Stock Market)
Pasar saham atau pasar modal dapat diartikan sebagai tempat bertemunya antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar saham juga dapat sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2000). Pasar saham adalah pasar yang kegiatannya bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, yaitu perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga atau profesi yang berkaitan dengan efek (UU RI No. 8 Tahun 1995).
Pasar modal sifatnya adalah jangka panjang, sehingga yang diperjualbelikan adalah aktiva keuangan berupa surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities) dan saham-saham (equity securities). Fixed income securities dapat berupa T-bond, surat-surat berharga agen federal (federal agency securities), municipal bond (surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah kota, airport), corporate bond (dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan) dan convertible bond (bond yang dapat dikonversikan ke saham). Sedangkan aktiva yang dapat diperjualbelikan di equity market adalah preferred stock dan common stock.
Pemusatan perhatian pada kesamaan antara reaksi harga dan volume atas informasi yang dipublikasikan, cenderung menyebabkan para peneliti memandang harga dan volume sebagai ukuran yang substitusi tentang reaksi pasar (Bamber dan Cheon, 1995 dalam Bandi dan Jogiyanto Hartono, 2000: 203). Banyaknya penelitian terdahulu menemukan bahwa informasi yang dipublikasikan mengakibatkan baik reaksi harga maupun reaksi volume perdagangan saham. Riset yang dilakukan terdahulu (Beaver, 1968; Lev dan Ohlson, 1982; Dontoh dan Ronen, 1993; Cready dan Mynatt, 1991; Bamber dan Cheon, 1995) menunjukkan bahwa pengumuman earning menghasilkan reaksi volume perdagangan yang berbeda dengan reaksi harga.
Secara psikologis, perilaku pasar cenderung memberikan reaksi dramatic terhadap berita yang buruk. Beberapa teori secara umum menyebutkan bahwa perilaku para investor akan bereaksi dan bahkan dapat bereaksi secara berlebihan terhadap adanya berita mengenai informasi peristiwa, baik itu peristiwa keuangan maupun bukan peristiwa keuangan yang tidak terduga dan dramastis yang tidak diantipasi sebelimnya. Beberapa event yang tidak diantipasi mempengaruhi seluruh ekonomi yang ada dan mempengaruhi harga saham secara signifikan, baik itu apresiasi saham maupun depresiasi saham.
Reaksi saham yang berlebihan akan mempengaruhi banyak konteks, karena ketika para pelaku pasar bereaksi berlebihan terhadap informasi tidak terduga sebelumnya maka saham-saham yang golongan loser akan mengungguli winner.Akibat dari adanya reaksi yang berlebihan akan mendorong seseorang melakukan strategi membeli saham loser dan menjual saham winner.

2.2 Return Saham
Salah satu yang menjadi komoditas pasar modal yang paling populer adalah saham biasa ( common stock ). Keuntungan saham biasa yaitu membuat investor atau pemegang saham dapat menikmati keuntungan yang besar. Apabila perusahaan penerbitnya mampu menghasilkan laba yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar juga. Pada umumnya return saham akan tergantung pada penawaran dan permintaan pasar. Apabila investor percaya bahwa perusahaan D akan hutang, mereka akan membeli saham perusahaan tersebut, akibatnya return saham akan naik. Sedangkan jika investor menilai perusahaan S akan rugi, maka mereka akan menjual sahamnya, dan return saham akan turun. Naik turun dari return saham juga terikat pada kondisi perekonomian negara ( makro ).
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau nilai pengembalian dari sejumlah dana yang diinvestasikan, misalnya bunga yang diperoleh dari tabungan atau deposito, sedangkan untuk surat berharga pendapatan yang diperoleh berupa dividen atau capital gain. Deviden merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Deviden merupakan daya tarik atas investor saham, namun kalau seseorang investor ingin mendapatkan deviden sebagai salah satu keuntungan investasi saham, maka investor tersebut harus bersedia menahan atau memegang saham yang dibelinya dalam waktu yang lama, paling tidak 1 tahun. Dalam waktu 1 tahun itu, biasanya perusahaan sudah akan membagikan deviden. Tentunya jika perusahaan sudah mendapatkan keuntungan dari kegiatan operasinya dan tidak ada kebijaksanaan yang menyebabkan perusahaan tidak membayar deviden. Selain deviden, keuntungan dari investasi saham adalah capital gain. Capital gain adalah selisih positif antara harga jual dengan harga beli. Jika capital gain merupakan tujuan investasi, biasanya investor akan cenderung menjadi agresif dengan mengambil posisi jual atau beli yang cukup sering dipasar.
Selain potensi keuntungan, investasi pada saham juga mempunyai beberapa risiko. Risiko tersebut adalah turunnya return saham pada saat menjual kembali, jika perusahaan rugi maka akan ada deviden, dan bila perusahaan bangkrut maka hak klaim pemegang saham adalah yang paling terakhir.
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan sumberdaya yang ada secara efisien yang ditunjukkan pada harga pasar perlembar sahamnya. Perubahan atas naik turunnya return saham tercatat dibursa efek akan dipengaruhi oleh antara lain nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh perusahaan. Investasi pada saham memiliki risiko yang tinggi sehingga investor harus bisa meramalkan kemungkinan pergerakan saham dimasa datang. Investor yang rasional akan mempertimbangkan nilai tambah yang berhasil diciptakan perusahaan dalam mengambil keputusan investasi saham.
Nilai return dari sebuah saham akan besar jika harga saham perusahaan semakin lama semakin meningkat yang berakibat pada nilai investasi yang semakin tinggi. Return yang diterima oleh investor dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2000) :



dimana : Pt-1 : harga saham pada periode ke t-1
P1 : harga saham pada periode ke t
Banyaknya risiko yang dihadapi dalam investasi surat berharga maka untuk memprediksi nilai return ekspektasi adalah dengan menggunakan return indeks. Return ini berdasarkan pada tingkat keuntungan pasar, didasarkan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di Bursa Efek yang bersangkutan. Artinya, kinerja saham dimasukkan dalam hitungan keseluruhan jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek (Ang, 1997). Adapun perhitungan returnnya :


dimana : E (Rmt) : return ekspektasi pada periode t
IHSGt-1 : indeks harga saham gabungan periode ke t-1
IHSG1 : indeks harga saham gabungan periode ke t
Indeks ini digunakan untuk melihat kondisi pasar yang sedang bullish dan bearish.\
Perubahan volume perdagangan saham yang diperdagangkan di Bursa Efek jakarta (BEJ) menunjukkan perubahan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi. Volume perdagangan saham diukur dengan melihat aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity) yang dapat dihitung menggunakan rumus (Foster, 1986) :

Keterangan :
= Total Volume Aktivitas perusahaan i pada waktu t
= Nama perusahaan sampel
= Pada waktu tertentu
Setelah masing-masing volume perdagangan saham diketahui, maka kemudian dihitung rata-rata volume perdagangan saham dengan cara :

Keterangan :
= Rata-rata Total Volume Aktivitas perusahaan i pada
waktu t
= Jumlah Total Volume Aktivitas perusahaan i
= Lamanya periode pengamatan
2.3 Konsep Bullish dan Bearish
Kondisi pasar modal yang penuh dengan ketidakpastian ini membuat para investor harus selalu melakukan analisis terhadap nilai saham sehingga mereka dapat memperoleh return yang optimal dengan risiko yang minimal. Kondisi ini dibedakan menjadi 2 (Jones, 1998) yaitu :
1. Bullish (Bull Market), merupakan kondisi pasar yang sedang aktif karena ada kenaikan harga saham yang disertai kenaikan volume perdagangan
2. Bearish (Bear Market), adalah kondisi pasar yang sedang lesu karena ada penurunan harga diikuti penurunan volume perdagangan
Kondisi pasar saham secara bulanan sedang bergairah (bull month) jika return pasar secara bulanan lebih tinggi daripada median return pasar dari seluruh periode penelitian. Sebaliknya bila return pasar secara bulanan lebih rendah dari median return pasar dari seluruh periode penelitian disebut bear month.
Kondisi pasar saham sehari-hari dapat dilihat dari pergerakan harga dan volume transaksi. Bila kondisinya sedang bergairah (bull market) karena ada kenaikan harga disertai kenaikan volume transaksi dan sebaliknya bila kondisi sedang lesu (bear market) karena ada penurunan harga diikuti penurunan transaksi.
2.4 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Beberapa penelitian mengenai manfaat rasio keuangan sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Bhardwaj dan Brooks (1993) yang menganalisis beta ganda dari pasar saham sedang bullish dan bearish ditinjau dari ukuran perusahaan (size effect) dengan menggunakan laba bulanan dalam 20 portofolio nilai pasar yang diperingkat pada saham New York Stock Exchange (NYSE) dan American Stock Exchange (AMEX) periode 1926-1988. Mereka menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara koefisien beta pada saat pasar bullish dan bearish. Tandelilin (2001) menganalisis beta saham pada pasar sedang bullish dan bearish yang mengambil sampel dari saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 1994-1998. Hasilnya menunjukkan bahwa beta portofolio saham pada kedua jenis pasar tersebut mampu menjelaskan return portofolio secara lebih signifikan dibanding beta yang dihitung dengan konstan risk model. Ini ditunjukkan oleh nilai F yang signifikan pada tingkat keyakinan 5% dan 10%. Secara keseluruhan bisa disimpulkan adanya indikasi kemampuan beta portofolio saham pada pasar bullish dan bearish. Sitinjak (2001) menganalisis pengaruh beta faktor pada variabel CRR ditinjau dari kondisi pasar saham dengan periode pengamatan bulan Januari 1993-Desember 1996. Menunjukkan bahwa faktor makro ekonomi (variabel CRR) berpengaruh terhadap return portofolio terutama pada portofolio yang berisikan perusahaan yang ukurannnya sedang dan besar, serta adanya pengaruh beta faktor terhadap return portofolio pada saat pasar saham sedang bullish dan bearish. Lucky dan Widuri (2002) meneliti indikator-indikator pasar saham dan pasar uang yang saling berkaitan ditinjau dari pasar saham sedang bullish dan bearish yang hasilnya bahwa indikator-indikator pasar uang dan pasar saham saling berpengaruh dan memiliki korelasi terutama pada indikator pasar uang kurs. Pada kondisi bearish kurs naik dan nilai IHSG mengalami penurunan, sedangkan pada kondisi bullish indikator pasar uang SBI berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pasar saham. Penelitian Ika Setyawati (2006) menggunakan populasi sebanyak 333 perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002-2004 yang hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara beta portofolio pada kondisi sedang bullish dan bearish terhadap return portofolio.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak ada reaksi pasar saham (stock market) pada saat kondisi pasar sedang bullish dan bearish.
Ha : Terdapat reaksi pasar saham (stock market) pada saat kondisi pasar sedang bullish dan bearish.
2.5 Model Penelitian
Penelitian ini dimulai dari sampel penelitian volume perdagangan saham perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ th 2001- th 2006, kemudian menghitung return saham dan excess returnnya. Kemudian melihat volatilitas stock market yang dipengaruhi pada kondisi Bullrish dan Bearish

GAMBAR 3.1
Model Penelitian




Analisis Reaksi Stock Market di lihat dari Excess Return
pada kondisi pasar yang sedang Bullish dan Bearish

























BAB III
TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis reaksi pasar saham (stock market) pada saat kondisi pasar sedang bullish .
2. Untuk menganalisis reaksi pasar saham (stock market) pada saat kondisi pasar sedang bearish
3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan terutama mengenai studi tentang perusahaan publik dan pasar modal di Indonesia dan literature bagi pengembangan penelitian berikutnya. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor maupun calon investor dalam memandang laba yang diumumkan perusahaan dan risiko investasi kepada perusahaan perata laba dimasa yang akan datang. Sehingga sangat bermanfaat sebagai salah satu pertimbangan dalam membuat keputusan investasi..









BAB IV

METODA PENELITIAN

4.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan dilaporkan dam ICMD tahun 2001 sampai 2006. Jumlah populasi sebanyak 25 perusahaan perbankan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Kriteria tersebut adalah: (1) perusahaan perbankan tersebut telah go public dan terdaftar di BEJ dari tahun 2001 sampai 2006, (2) Sahamnya aktif diperdagangkan di BEJ dalam kurun waktu tersebut, (3) mempublikasikan laporan keuangan auditan uintuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember dalam mata uang rupiah. Berdasarkan kriteria diatas, sampel yang diperoleh sebanyak 17 perusahaan perbankan. Penggunaan sampel perusahaan perbankan ini didasari oleh beberapa alasan (1) ketersediaan data laporan keuangan hasil audit yang akan digunakan untuk menghitung excess return, volume perdagangan, dan index saham (2) penggunaan hanya satu kelompok perusahaan untuk menghindari pengaruh perbedaan karakteristik perusahaan, (3) penggunaan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ dimaksudkan agar implikasi dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi regulator maupun investor di pasar modal.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan perbankan go public yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2001 sampai 2006. Peneliti melakukan pooling data sampel secara time series (antar tahun) dan cross section (antar perusahaan) untuk menekan sekecil mungkin kendala yang timbul atas homoskedastisitas dan autokorelasi.
Indikator pasar saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume perdagangan, Indeks, dan excess return. Volume perdagangan digunakan untuk melihat keadaan pasar yang sedang resesi atau tidak, Indeks untuk melihat kondisi pasar yang sedang bullish dan bearish, dan excess return sendiri untuk melihat January effect dan non-January effect
4.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel:

NO KOMPONEN FORMULA & INDIKATOR PENDUKUNG KETERANGAN
1. Return P1 – Pt-1
Rit =
Pt-1 a. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau nilai pengembalian dari sejumlah dana yang diinvestasikan, misalnya bunga yang diperoleh dari tabungan atau deposito, sedangkan untuk surat berharga pendapatan yang diperoleh berupa dividen atau capital gain.
b. Return dibedakan menjadi dua yaitu : return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return)
c. Rit : return
Pt-1 : harga saham pada periode ke t-1
P1 : harga saham pada periode ke t
2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di Bursa Efek yang bersangkutan. Artinya, kinerja saham dimasukkan dalam hitungan keseluruhan jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek
b. Indeks ini digunakan untuk melihat kondisi pasar yang sedang bullish dan bearish.
c. E(Rmt) : return ekspektasi pada periode t
IHSGt-1 : indeks harga saham gabungan periode ke t-1
IHSG1 : indeks harga saham gabungan periode ke t
3. Volatilitas Pasar saham Volatilitas = (Rt – MR)2
a. Volatilitas pasar saham merupakan pergerakan naik turunnya pasar saham yang dilihat dari excess return.
b. Rt : return pasar pada tahun-t
MR : rata-rata excess return

4.4 Model Analisis Statistik Untuk Pengujian Hipotesis
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisa kuantitatif, artinya analisis perhitungan terhadap angka-angka dan perbandingan untuk menarik kesimpulan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengaruh indikator pasar saham pada kondisi pasar yang sedang bullish dan bearish. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Membuat periode bullish dan bearish sesuai dengan cara mencari median dari IHSG, bila lebih kecil dari meannya maka periode tersebut masuk ke dalam periode bullish. Sedangkan bila lebih kecil dari meannya maka masuk ke dalam periode bearish.
2. Membuat volatilitas pasar saham. Kemudian dibandingkan volatilitas pasar saham sesuai dengan periode bullish dan bearish, caranya : return pasar akan dibagi secara bulanan berdasarkan periode bullish dan bearish yang telah ditentukan terlebih dahulu, setelah itu membuat volatility berdasarkan rumus (Chauvet dan Potter, 2000) :
Volatilitas = (Rt – MR)2
dimana : Rt : return pasar pada tahun-t
MR : rata-rata excess return
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji beda dua rata-rata dengan sampel berpasangan (paired two samples for means). Uji ini untuk mengetahui reaksi pasar saham pada kondisi pasar yang sedang bullish dan bearish.














BAB V
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

5.1 Statistik Deskriptif
Penelitian ini bermaksud untuk menguji menguji reaksi pasar saham pada kondisi pasar sedang bullish dan bearish pada perusahaan perbankan go public di Bursa Efek Jakarta. Masing-masing variabel tersebut akan dideskripsikan di bawah ini:
Tabel 5.1
Statistik Diskriptif


Berdasarkan tabel 4.3 diketahui rata-rata reaksi pasar pada kondisi Bullrish adalah 0.3581 dengan standar deviasi sebesar 0.296 sedangkan rata-rata reaksi pasar pada kondisi Bearish adalah -0.028 dengan standar deviasi 0.354
5.2 Uji Normalitas
Normalitas adalah syarat utama pengujian statistik dengan menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas dilakukan dengan
1. Uji Grafik Hasil uji Normalitas dengan melihat bentuk grafik normality P-Plot, pada gambar normalitas pada model berikut ini.



Gambar 5.1 : Uji Normalitas Return Saham


Dengan melihat tampilan grafik normal plot pada gambar diatas terlihat titik-titik menyebar disekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Sehingga grafik menunjukkan bahwa model layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

5.3 Analisis Uji Beda
Dalam penelitian ini teknik pengolahan data yang digunakan adalah t-Test : Paired Two Sample For Means. Pengolahan data menggunakan program aplikasi SPSS 11.5 for Windows. Mengenai hasil pengolahan data dalam penelitian ini dapat dilihat dibawah ini (lampiran 10) :


Tabel 5.2
Uji Beda Dua Rata-Rata Tahun 2001-2006


Berdasarkan tabel 1, hasil uji beda dua rata-rata menunjukkan bahwa rata-rata excess return pada kondisi bullish dan bearish sebesar 0.3868 dengan standar deviasi sebesar 0.4434. Nilai excess return pada perusahaan perbankan mempunyai nilai pada tingkat terendah sebesar 0.19995 dan tingkat tertinggi 0.5740 dalam kondisi bull dan bear market.
Hasil uji dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa rata-rata excess return saham pada bull market lebih besar daripada bear market. Hal ini menunjukkan rata-rata excess return semakin mendekati positif. Selisih antara dua rata-rata excess return sebesar 0.3867 yang kemudian nilai ini diuji untuk mencari tingkat signifikan. Dari hasil pengujian diperoleh hasil tingkat signifikan sebesar 0.000 (lampiran 10). Hal ini berarti bahwa pasar saham akan bereaksi aktif pada saat kondisi sedang bull market dan sebaliknya karena tingkat signifikan kurang dari 5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dan dapat dikatakan bahwa ”terdapat reaksi pasar saham (stock market) pada saat kondisi pasar sedang bullish dan bearish.
Hasil ini dapat dilihat pada tabel 5.3


Tabel 5.3
Ringkasan Hasil Uji T-Test Sampel Berpasangan

Keterangan Bullish Bearish
Mean 0.3581 -0.0286474
Selisih 0.3868
Signifikansi 0.000






















BAB VI
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
6.1. Simpulan

Tujuan penelitian ini adalah menguji reaksi pasar saham pada kondisi pasar sedang bullish dan bearish pada perusahaan perbankan go public di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan analisis uji beda dua rata-rata dengan sampel berpasangan (paired two samples for means).
Hasil penelitian secara umum mendukung hipotesis penelitian, yakni pasar saham akan bereaksi (bergairah) pada saat kondisi pasar sedang bullish yaitu sebesar 0.3581 dan sebaliknya pada saat bearish sebesar -0.0286474 pasar saham tidak akan bereaksi (lesu). Kondisi bullish juga bisa dilihat dari kenaikan harga saham dan volume perdagangan, tahun 2002 harga saham 7405 dengan volume perdagangan sebesar 25.897.241; tahun 2004 harga saham 16735 dengan volume perdagangan sebesar 204.089.113; tahun 2005 harga saham 18645 dengan volume perdagangan 28.444.000; tahun 2006 harga saham 19015 dengan volume perdagangan sebesar 164.861.500dan kondisi bearish pada tahun 2001 harga saham 5.825 dengan volume perdagangan sebesar 11.619.795; tahun 2003 harga saham 11775 dengan volume perdagangan sebesar 261.796.975
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut : pertama, penelitian ini hanya dapat menggeneralisasi perusahaan perbankan yang go public, hasilnya mungkin berbeda apabila digunakan sampel baik bank yang go public maupun yang tidak go public. Kedua, terbatasnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Ketiga, periode penelitian hanya 6 tahun.
6.3 Saran Bagi Penelitian Mendatang
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan di atas, maka saran untuk penelitian yang akan datang antara lain : menguji reaksi pasar saham secara lebih rinci lagi, hasil yang tidak signifikan yang diperoleh dalam penelitian ini perlu untuk diuji kembali, memperbanyak sampel dan memperpanjang periode pengamatan, membandingkan reaksi pasar saham perusahaan perbankan yang go public dengan perusahaan perbankan yang tidak go public.














DAFTAR PUSTAKA

Adi Setya Budi. 2003. “Rasionalitas Investor Terhadap Pemilihan Saham Dan Penentuan Portofolio Optimal Dengan Model Indeks Tunggal Di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1 No. 1 Maret pp. 11-23.

Bhardwaj, R., K., dan Brooks, L., D. 1993. “Dual Betas From Bull and Bear Markets : Reversal of the Size Effect”, Journal of Financial Research. Vol. 16 ; 269-283

Bawazier, Said dan Sitanggang. 1994. “Memilih Saham Untuk Portofolio Optimal”. Usahawan XI. pp. 34-40.

Chauvet and Potter. 2000. “Coincident and Leading Indicators of The Stock Market”. Journal of Empirical Finance. pp. 87-111.

E. Lucky M.S. dan Widuri K. 2002. “Indikator-indikator Pasar saham dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish”. Simposium Nasional Riset Ekonomi dan Manajemen I. 29 Juni pp. 226-239. Surabaya.

Harmono. 1999. “Analisis Portofolio Saham Untuk Menentukkan Return Optimal Dan Risiko Minimal”. Jurnal Penelitian. Vol. XI No. 2 November pp. 44-55.

Husnan, Suad, Enny Pudjiastuti. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 1. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Husnan, Suad. 1990. “Harga Saham 1989”. Manajemen dan Usahawan Indonesia. pp. 23-28.

Husnan, Suad. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. Jogjakarta : UPP AMP YKPN.

IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Ika Setyawati. 2006. “Analisis Pengaruh Beta Portofolio Terhadap Return Portofolio Pada Periode Bullish dan Bearish di Indonesia : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Indonesia.

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. BPFE Yogyakarta.
Pusat Referensi Pasar Modal Indonesia, 2000-2005, “JSX Statistics 4th Quarter Cummulative Data”.

Sitinjak, E., L., M. 2001. “Beta Faktor Pada Variabel CRR ditinjau dari Kondisi Pasar Saham di Indonesia. Journal Ekonomi dan Bisnis Dian Ekonomi. Vol. VII. No. 2 :132-153

Sumadi Suryabrata. 1992. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.

Tandelilin, Eduardus. 2001. ”Beta Pada Pasar Bullish dan Bearish : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta. Journal of Indonesian Economy and Business. Vol. 16 No. 13 : hal 261-272. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Tandelilin, E., dan Lantara. 2001. ”Stabilitas dan Prediktabilitas Beta Saham : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”. Journal of Indonesian Economy and Business. Vol. 16. No. 2 : hal 164-176. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Usman, Marzuki dkk, 1990, ABC Pasar Modal Indonesia, LPPI dan ISEEI, Jakarta.

1 komentar:

  1. Gan, apakah tidak ada jurnalnya? Saya kebingungan dengan proksi anda dalam membedakan kondisi pasar Bullish dan Bearish. Thanks

    BalasHapus